Mencapai Kualitas Tuaian Seratus Kali Lipat
Sulit untuk dipungkiri bahwa kebanyakan dari kita menginginkan kualitas tuaian seratus kali lipat, bukan?. Kualitas tuaian itu ditentukan oleh tempat (kualitas tanah) dimana benih ditabur. Seperti kita ketahui bahwa kualitas tanah sangat memengaruhi pertumbuhan sebuah pohon yang nantinya juga berdampak terhadap buahnya. Sama halnya dengan tanah kehidupan rohani kita. Mari kita perhatikan kondisi tanah yang kita akan pakai sebagai tempat dimana benih ditaburkan, tentu, dengan harapan benih itu akan tumbuh dengan baik dan berbuah lebat.
Memahami Kualitas Tuaian
Injil Lukas 8:4-15, Matius 13:1-23, Markus 4:1-20 semuanya berbicara tentang kondisi tanah dan dampaknya terhadap hasil tuaian. Benih itu ada yang jatuh di pinggir jalan, di tempat bebatuan, di semak duri, dan ada juga benih yang jatuh di tempat tanah yang baik. Keempat kondisi tanah ini akan menunjukan hasilnya masing-masing:
Pertama, benih yang jatuh di pinggir jalan. Benih yang jatuh dipinggir jalan tidak mendapat kesempatan untuk berakar dan tumbuh apalagi berbuah sebab burung (musuh-red) lebih cepat merebutnya. Inilah kondisi orang Kristen yang sering mengabaikan Firman. Firman dibiarkan berlalu begitu saja dan musuh dengan leluasa mengambilnya. Alhasil, orang tersebut tidak mengalami kehidupan Firman sebab tidak pernah ada benih Firman yang tertinggal dalam hidupnya. Kondisi orang seperti ini tidak akan bisa melihat tuaian dalam hidupnya.
Kedua, benih yang jatuh di tempat bebatuan. Benih ini sempat mendapatkan tempat untuk berakar dan tumbuh, namun kondisi tanah yang “tipis” tidak mampu mempertahankan benih untuk bertumbuh dan berbuah. Kondisi tanah yang tipis membuat benih itu tidak dapat bertahan lama, yang pada akhirnya tidak bisa berakar dan ketika matahari terbit, benih itu tidak dapat bertahan dan akhirnya kering dan mati. Tidak sedikit kehidupan rohani orang Kristen yang berada di jenis tanah seperti ini. Kita mungkin menemui banyak orang yang tidak memberikan hidupnya kepada Tuhan 100%, bahkan hanya sekian persen, mungkin 1%, bahkan tidak sampai!. Jika kita mau jujur berapa persen kesetiaan yang kita berikan untuk Tuhan? Mari bandingkan dengan “kesetiaan” yang kita berikan untuk pekerjaan, hobi, nonton, jalan-jalan, main HP, dan lain-lain. Waktu yang kita berikan untuk Tuhan terlalu sedikit sehingga tidak banyak Firman yang kita dengar menjadi bertumbuh apalagi berbuah.
Ketiga, benih yang jatuh di semak duri. Benih ini masih mendapat kesempatan untuk bertumbuh, namun karna semak duri dibiarkan tumbuh dan bertambah besar membuat benih yang tumbuh itu terhimpit dan akhirnya mati. Inilah kondisi orang Kristen yang membiarkan keinginan daging lebih besar daripada keinginan Roh. Kita tidak dapat menanggulangi semak duri yang terus tumbuh, yaitu kehidupan lama kita atau keinginan-keinginan manusiawi kita. Sementara kita tidak menyadari bahwa ada benih kehidupan (yaitu: Firman) yang tumbuh dan akan berbuah, namun kita tidak dapat menjaganya, kita membiarkan kebiasaan buruk terus bertumbuh dan pada akhirnya menghimpit benih kebenaran.
Keempat sekaligus yang terakhir, adalah benih yang jatuh ditanah yang baik. Benih ini tumbuh subur dan berbuah banyak, ada yang 30 kali lipat, 60 kali lipat bahkan ada yang 100 kali lipat. Inilah kondisi hidup manusia yang diinginkan oleh Tuhan , yaitu memberikan tempat untuk benih berakar, bertumbuh dan berbuah. Sesungguhnya Allah ingin apa yang ditaburkan menghasilkan buah yang banyak. Artinya, Allah menghendaki apa yang manusia upayakan tidak menjadi sia-sia tetapi menghasilkan tuaian yang maksimal dan berkualitas.
Sobat tuaian, mari milikilah kualitas tanah yang unggul atau kualitas hidup yang unggul sehingga ketika benih Firman yang hidup bertemu dan bersentuhan maka terjadi resonansi roh kehidupan yang membawa perubahan, pertumbuhan, menghasilkan kualitas tuaian yang baik hingga menjadikan segala sesuatu menjadi berubah di bumi seperti di sorga. Demikianlah pada akhirnya manusia mengalami masa kelimpahan dan sukacita besar dalam masa tuaian Tuhan. Tuhan Yesus memberkati.